Jagung Manis. Jagung manis yang biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata
Sturt) termasuk dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang
baru dikembangkan masyarakat di Indonesia. Jagung manis semakin populer
dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis dibandingkan
jagung biasa. Selain itu jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi di pasaran, karena selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain
yang menguntungkan adalah masa produksi yang relatif lebih cepat.
Penyakit. Pantoea stewartii merupakan bakteri penyebab penyakit Layu Stewart pada tanaman jagung dan merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 yaitu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dilaporkan belum terdapat di wilayah Indonesia
Gejala. Gejala dilapangan dibagi dalam 2 fase.
Fase pertama
terjadi saat perumbuhan 2-5 helai daun, Pada tanaman muda water soaking (luka kebasahan) yang panjang terdapat di sepanjang daun, daun memperlihatkan garis hijau pucat sampai kuning. Tingginya produksi polisakarida (EPS) oleh bakteri menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh xilem, hal ini menyebabkan kurangnya suplai air dan nutrisi ke tanaman, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Pada kebanyakan tanaman yang terinfeksi akan terlihat adanya rongga pada pangkal batang. Tanaman yang terinfeksi jika tidak mati akan menjadi kerdil dan tidak akan menghasilkan bulir. Infeksi terjadi sangat cepat dan menyebabkan layu.
Fase kedua
dari penyakit layu bakteri pada jagung terjadi setelah munculnya malai. Infeksi hanya bersifat lokal. Umumnya gejala berupa luka pada daun, goresan hijau sampai kuning dengan pinggiran yang tak beraturan dan bergelombang di sepanjang tulang daun dan juga diseluruh permukaan daun. Pada beberapa kasus, permukaan daun akan kering dan mati dengan gejala seperti kekurangan nutrisi. Pada fase kedua ini tidak terjadi layu seperti pada fase pertama (Shurtleff 1980; Yang 2000; Thomas 2002 dalam Harahap. 2012)
Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri adalah 27-30°C, pada suhu 8 -9°C bakteri tumbuh sangat lambat, dan thermal death point pada 53°C. Bakteri ini endemis di wilayah Amerika utara, terbawa benih sehingga menyebar ke berbagai belahan dunia. Bakteri dapat bertahan di dalam tanah, kotoran hewan, atau sisa batang jagung setelah panen.
Kehilangan Hasil. Varietas yang rentan kehilangan hasil berkisar dari 40 - 100% ketika infeksi terjadi pada tahap daun jagung belum berjumlah 5 helai. Kerugian sekitar 15-35% dan 3-15% untuk stadium 7-9 daun. Pada tahun 1990 terjadi epidemi penyakit P. stewartii di Amerika Serikat sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi industri benih jagung karena logistik perdagangan dan volume pertukaran yang besar benih jagung di seluruh dunia. Dampak layu bakteri ini menyebabkan pengurangan produksi, produksi tongkol lebih sedikit dan lebih kecil, dan peningkatan kerentanan tanaman yang terinfeksi layu tanaman penyebab busuk batang (Munkvad, 2001)
Pengendalian. Rekomendasi pengendalian untuk penyakit ini adalah :
Penyakit. Pantoea stewartii merupakan bakteri penyebab penyakit Layu Stewart pada tanaman jagung dan merupakan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 yaitu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dilaporkan belum terdapat di wilayah Indonesia
P. stewartii menyerang tanaman jagung,
terutama jagung manis pada seluruh stadia tanaman (stadia pembungaan,
pembuahan, pembibitan dan pertumbuhan vegetatif). Bagian tanaman yang
terinfeksi yaitu buah, kuncup bunga, daun, akar, benih, batang dan
seluruh bagian tanaman.
Fase pertama
terjadi saat perumbuhan 2-5 helai daun, Pada tanaman muda water soaking (luka kebasahan) yang panjang terdapat di sepanjang daun, daun memperlihatkan garis hijau pucat sampai kuning. Tingginya produksi polisakarida (EPS) oleh bakteri menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pembuluh xilem, hal ini menyebabkan kurangnya suplai air dan nutrisi ke tanaman, sehingga tanaman menjadi layu dan mati. Pada kebanyakan tanaman yang terinfeksi akan terlihat adanya rongga pada pangkal batang. Tanaman yang terinfeksi jika tidak mati akan menjadi kerdil dan tidak akan menghasilkan bulir. Infeksi terjadi sangat cepat dan menyebabkan layu.
Fase kedua
dari penyakit layu bakteri pada jagung terjadi setelah munculnya malai. Infeksi hanya bersifat lokal. Umumnya gejala berupa luka pada daun, goresan hijau sampai kuning dengan pinggiran yang tak beraturan dan bergelombang di sepanjang tulang daun dan juga diseluruh permukaan daun. Pada beberapa kasus, permukaan daun akan kering dan mati dengan gejala seperti kekurangan nutrisi. Pada fase kedua ini tidak terjadi layu seperti pada fase pertama (Shurtleff 1980; Yang 2000; Thomas 2002 dalam Harahap. 2012)
Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri adalah 27-30°C, pada suhu 8 -9°C bakteri tumbuh sangat lambat, dan thermal death point pada 53°C. Bakteri ini endemis di wilayah Amerika utara, terbawa benih sehingga menyebar ke berbagai belahan dunia. Bakteri dapat bertahan di dalam tanah, kotoran hewan, atau sisa batang jagung setelah panen.
Vektor. Chaetocnema pulicaria disebut sebagai kumbang jagung,merupakan vektor primer penyakit layu stewart yang diakibatkan oleh bakteri Pantoea stewartii.
ukurannya kecil, tubuhnya mengkilap dan berwarna hitam, ukuran panjang
kira-kira 1/16 inch. Mampu meloncat jauh.Larvanya berukuran kecil,
berwarna putih dan tidak terlalu aktif. Ukuran maksimal larva adalah
sekitar 1/6 inch dan pada umumnya segmentasi tubuhnya tidak berpigmen.
Hanya pada bagian protorax dan abdomen terakhir yang berwarna gelap
(Cook dan Weinzierl, 2004). Bakteri tumbuh subur di dalam tubuh vektor
selama hibernasi dan kemudian menginfeksi tanaman jagung dari pohon ke
pohon selama musim tanam merupakan cara penyebaran utama di lapang
(Stack et al, 2002)
Kehilangan Hasil. Varietas yang rentan kehilangan hasil berkisar dari 40 - 100% ketika infeksi terjadi pada tahap daun jagung belum berjumlah 5 helai. Kerugian sekitar 15-35% dan 3-15% untuk stadium 7-9 daun. Pada tahun 1990 terjadi epidemi penyakit P. stewartii di Amerika Serikat sehingga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi industri benih jagung karena logistik perdagangan dan volume pertukaran yang besar benih jagung di seluruh dunia. Dampak layu bakteri ini menyebabkan pengurangan produksi, produksi tongkol lebih sedikit dan lebih kecil, dan peningkatan kerentanan tanaman yang terinfeksi layu tanaman penyebab busuk batang (Munkvad, 2001)
Pengendalian. Rekomendasi pengendalian untuk penyakit ini adalah :
- Meningkatkan pengawasan terhadap peredaran benih jagung manis (benih impor maupun antar area)
- Merencanakan dan mempersiapkan penanaman pada musim hujan dimana suhu rata-rata harian antara 20-24ÂșC yang mampu menekan perkembangan penyakit.
- Menanam varietas resisten hibrida yang mampu menekan perkembangan bakteri pada tanaman dan hanya ditanam satu kali pada suatu lahan.
- penggunaan unsur hara seimbang dimana kandungan N dan P tidak terlalu tinggi sementara kandungan Ca yang berpotensi menurunkan perkembangan penyakit ditingkatkan.
- Sanitasi lingkungan dengan mengumpulkan dan membersihkan sisa -sisa tanaman, tanaman yang terserang, dan gulma kemudian membakarnya sehingga tidak menjadi sumber penyakit serta dapat memutus siklus hidup penyakit maupun vektor penyakit.
- Biological, melalui penggunaan bacteriophage yang diisolasi dari vektor.
- Seed Health Tests, yakni memeriksa kesehatan benih sebelum digunakan menggunakan prosedur ELISA pada benih.
- Perlakuan benih melalui perendaman benih dengan beberapa antibiotik pada suhu 40-47°C selama 1.5 jam; dan perlakuan benih dengan pestisida imidacloprid, thiamethoxam, and clothianidin. Hasil penelitian dengan perlakuan benih ini mampu mengurangi tingkat serangan hingga 50% - 85%.
- Pengendalian kimiawi, melalui penggunaan karbofuran untuk mengendalikan serangga vektor sehingga mengurangi tingkat sebaran penyakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SERVE BETTER YOU